Mungkin dari judul
post ini, sudah pada tahu ya arah pembicaraannya akan kemana. Tapi mungkin ada
beberapa pengunjung baru blog ini yang belum tahu, jadi aku akan jelasin secara
kronologis #PAMZstory kali ini. Semoga dapat tulisan ini dapat menginspirasi.
Berawal dari
keinginan pribadi untuk mengikuti
event Internasional, akhirnya tahun kemarin aku memberanikan
diri untuk mengikuti seleksi PPAN (karena memang telah berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun ingin apply program
ini tapi karena beberapa aktivitas jadi tertunda).
Buat kalian yang
belum tahu PPAN kalian kemana aja? Berikut sedikit gambaran mengenai
PPAN.
PPAN adalah program
Pertukaran Pemuda Antar Negara yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan
Olahraga (Kemenpora) RI dengan pemerintah di negara tujuan. Program ini sudah
berlangsung selama +/- 40 tahun dan sudah melahirkan banyak alumni, di
antaranya adalah Azyumardi Azra (mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta/cendekiawan muslim), AM Fachir (Wakil Menteri Luar Negeri RI), Fasli
Jalal (Wakil Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI), A. Fuadi (penulis novel
Negeri 5 Menara), dan Andrie Djarot (host Redaksi Pagi Trans 7).
Jadi simplenya sih PPAN itu program dari
Kemenpora untuk mengirim duta Indonesia ke program kerjasama kepemudaan antar
negara. Ada beberapa program untuk PPAN ini, diantaranya:
SSEAYP (Ship for South East Asia Youth Program)
ICYEP (Indonesia-Canada Youth Exchange Program)
AIYEP (Australia-Indonesia Youth Exchange Program)
IMYEP (Indonesia-Malaysia Youth Exchange Program)
IChYEP (Indonesia – China Youth Exchange Program)
IKYEP (Indonesia – Korea Youth Exchange Program)
ASVI (ASEAN Students Visit India)
Untuk informasi
selengkapnya mengenai PPAN, bisa dilihat disini
Gimana? Sudah dapat gambaran kan mengenai PPAN?
Proses seleksi “pencarian” duta bangsa ini dilakukan di
setiap provinsi. Karena jumlah peserta yang dikirim di setiap program berbeda-beda,
jadi setiap provinsi mendapatkan “jatah” tertentu untuk mewakilkan pemuda di
daerahnya. Maksudnya di sini setiap provinsi mendapatkan kuota tertentu untuk
memenuhi kuota nasional di setiap program. Contoh : Provinsi Jawa Tengah tahun
2016 mendapatkan kuota ASVI perempuan, AIYEP laki-laki, IChYEP laki-laki, IMYEP
laki-laki, dan SSEAYP perempuan. Kuota ini akan berbeda dari tahun ke tahun.
Brosur seleksi PPAN Jateng tahun 2016
Lanjut ke cerita. . .
Nah, aku memilih untuk mengikuti seleksi IChYEP.
Alasannya adalah ingin melihat amoy amoy China aku tertarik dengan
perkembangan China (mari selanjutnya kita sebut Tiongkok) dalam bidang ekonomi.
Aku juga tertarik dengan budaya dan etos kerja masyarakat Tiongkok.
Aku pun apply ke program ini. Proses seleksinya cukup
banyak, dari mulai Seleksi Administrasi, Seleksi Tertulis dan FGD, dan Seleksi
Final (Wawancara dan Unjuk Bakat). Setelah lolos seleksi administrasi, kandidat
diminta untuk melakukan seleksi selanjutnya di Gedung Dikpora Jateng di
Semarang. Saat itu untuk program IChYEP ada sekitar 30an peserta yang lolos dan
diundang untuk tes tertulis. Setelah
kenalan dengan beberapa kandidat, ternyata mereka rata-rata sudah beberapa kali
mengikuti seleksi PPAN, bahkan ada yang sampai 3x mencoba. Wah tangguh sekali mereka, pikirku. Saat itu
aku datang kesana dan registrasi ulang dengan menyerahkan dokumen. Dan yang
bikin aku gemetaran, yang ngumpulin berkasku adalah kak Anindya Kusuma Putri,
Putri Indonesia 2015. Dia adalah alumni program SSEAYP 2014. Agak gugup pas
berbincang dengan dia J Kemudian tes tertulis dilaksanakan, dan alhamdulillah aku lolos juga.
Peserta yang tidak lolos langsung disuruh pulang, yang lolos melanjutkan ke
tahap FGD. Waktu itu yang lolos ke FGD ada 10 orang dan dibagi menjadi 2
kelompok. Dari 10 orang ini ada 3 orang anak Undip, yaitu : aku, Mas Gustiasa
(Mawapres Undip 2015), dan Heranantio (Vice President AIESEC Undip) yang
kebetulan kami berada dalam satu kelompok. 7 orang lainnya pun keren-keren,
sayang aku tak sempat berkenalan secara mendalam dengan mereka. Dalam hati aku
berkata “I just a speckle dust in this
universe” atau yang sering kita ucapkan “aku
mah cuman butiran debu”.
Foto bareng kak Anin, Puteri Indonesia 2015
Namun aku pun tak gentar, tetap kujalani FGD dengan
serius. Peserta yang lolos ke tahap final hanya 5 orang, dan sayangnya aku
tidak lolos. L Dari kelompokku yang lolos adalah Heranantio dan Alfiyan (dari IPB
kalau tidak salah). Oiya, di sini aku dapet pelajaran kalau FGD harus bersikap
terbuka, jangan terlalu mendominasi, dan dapat menerima pendapat orang lain. Beberapa
hari kemudian diketahui bahwa yang lolos mewakili Jawa Tengah dalam program
IChYEP ini adalah Mas Doni Achsan. Beliau emang keren banget. Beliau adalah
Mawapres II UGM 2015, XL Future Leader, dan bahkan dia juga pernah ikut program
YES, yaitu program exchange ke USA
pas dia masih SMA. Emang pantes ya kalau dia yang menang.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari demi hari dalam kesedihan karena gagal seleksi akhirnya
aku nemu info di internet yang bikin aku kegirangan. Ternyata ada seleksi nasional IChYEP. Jadi ceritanya
kan tiap provinsi sudah memilih wakilnya untuk IChYEP, nah karena kuota IChYEP
sekitar 50 dan provinsi di Indonesia ada 34, jadi untuk memenuhi kuota tersebut
diadakan seleksi nasional untuk IChYEP. Aku pun daftar. Aku merasa ini seperti Kesempatan Kedua yang didamba-damba.
Proses seleksinya dilaksanakan secara online dan skype. Untuk seleksi administrasinya menurutku
lebih susah daripada seleksi provinsi, karena di seleksi nasional, kita diminta
untuk membuat Post Program Activity,
semacam program yang harus kita lakukan setelah program jika kita lolos.
Peserta seleksi nasional ini sangatlah banyak, sekitar 5700an orang. Busyeeettt kan. Tiap tahapan seleksi
menggunakan sistem gugur, dan seleksi ini lamanya hampir 1 bulan. Jadi bisa
dibayangkan betapa deg-degannya
setiap ada pengumuman setiap tahap. Alhamdulillah aku lolos sampai tahap akhir,
yaitu tahap wawancara melalui Skype. Peserta yang tersisa di tahap ini adalah
50 orang (Bisa dibayangkan dari 5700an orang hingga tersisa 50 orang). Aku pun
menjalani tes terakhir ini dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin, mulai dari
pakaian, potongan rambut, bahkan aku membeli wallpaper kain di took kain Semarang sebagai
background saat wawancara nanti.
Niat banget wawancara di kos
Dan setelah mengantri dari jam 8 pagi sampai jam 11an
siang tes wawancara pun tiba. Tapiiiiiiiii, yang membuatku merasa down, mas-mas pewawancaranya meminta
untuk wawancaranya dilakukan hanya menggunakan panggilan suara saja. Which is it means semua usaha untuk
“menampilkan” penampilan pun sia sia. Tapi, aku tetap menjalani tes tersebut.
Setelah berhari-hari dengan penuh kecemasan, hari
pengumuman wawancarapun tiba. Peserta yang lolos untuk program ini di seleksi
nasional adalah 20 orang. Dan aku gagal (lagi). Dan aku kembali terpuruk. Aku
pun tak lupa mengevaluasi “penyebab” kegagalanku agar bisa lebih baik dalam
menghadapi seleksi serupa.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tuhan Maha Baik.
Waktu itu hari Minggu, 14 Agustus pukul 12:08 aku
dikejutkan dengan munculnya sebuah chat
Whatsapp di HPku dari salah satu panitia penyelenggara seleksi nasional IChYEP
kemarin. Berikut bunyinya:
Chat itu datang
Aku merasa ini seperti Kesempatan Ketiga untukku. Tuhan Maha Baik. Bahkan Raisa hanya
diberikan Kesempatan Kedua, namun aku
diberikan Kesempatan Ketiga J. Jadi aku dinominasikan oleh Kemenpora ke
program lain karena peringkatku tes IChYEP. Aku pun apply ke program tersebut walaupun persyaratannya cukup banyak dan
cukup lelah ngurus dokumen. Dari beberapa orang yang “dinominasikan” ini
diseleksi lagi hingga akhirnya ada 7 orang terpilih untuk mewakili Indonesia di
AY-REPSE (ASEAN Youth Representative in Experiencing the Philosophy of
Sufficiency Economy). Dan Alhamdulillah
aku terpilih.
Cerita tentang pengalaman seru-ku di program AY-REPSE
dapat dilihat di link berikut.
Kesimpulannya :
- Jangan
pernah rendah diri dan berprasangka buruk terhadap potensi diri
JJadilah
percaya diri, namun jangan sombong dan tetap rendah hati
- Persiapkan
segala hal, sedetail mungkin dengan baik, misalnya : jangan sampai salah kostum (seperti saya)
- Jadilah
tangguh!
Dari pengalamanku
ini aku sadar bahwa sebagai manusia kita harus berusaha sekuat tenaga untuk
mencapai impian yang kita inginkan. Walaupun memang berat, namun jika kita
sudah “niat” dan memiliki mental “tangguh”, kegagalan akan terasa sebagai batu
loncatan untuk menjadi lebih baik. Ibarat ketapel, kita mundur selangkah untuk
melompat lebih jauh. Walau akhirnya Tuhan-lah yang menentukan dimana kita akan
ditempatkan. Tapi kita harus yakin bahwa Tuhan tahu yang terbaik untuk kita.
Best Places To Bet On Boxing - Mapyro
BalasHapusWhere To kadangpintar Bet On Boxing. It's a sports betting event in worrione which you bet https://octcasino.com/ on the outcome of ventureberg.com/ a game. In the boxing world, each player must decide if 메이피로출장마사지 or not to